Atasi Kemiskinan, Warga Jabar Lakukan Tani Pekarangan

Diterbitkan

Jumat, 15 Desember 2023

Penulis

Rep No

|

Rep No

797 kali

Berita ini dilihat

0 kali

Berita ini dibagikan

PORTALJABAR, KOTA BANDUNG - Mengubah perilaku ekonomi di kalangan petani di desa butuh proses latihan berkelanjutan. Perubahan perilaku dalam kerja petani harus sabar dan telaten. Jika sebuah organisasi ingin melakukan pemberdayaan, perlu melakukan secara berulang-ulang sampai para petani merasakan manfaatnya.

Demikian dikemukakan Irmawati, selaku Koordinator Program Pertanian Pekarangan Kelompok Tani Himpunan Orang Tani dan Niaga (Hotani).

“Dulu petani di sini membiarkan pekarangan yang kosong untuk menanam. Sekalipun mereka biasa menanam di ladang, tetapi mereka tak terpikir lahan kosong di sekitar rumahnya ditanami,” ucap Irma, disela kegiatan Panen Bersama Tani Pekarangan ibu rumah Tangga Kampung Tareptep Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Selasa (12/12/ 2023).

“Begitu diajak mereka mengeluh, merasa banyak masalah, seperti problem gangguan ayam, air dan lain sebagainya. Tetapi kalau kita telaten, pada akhirnya masalah bisa teratasi,” imbuhnya.

Menurut Irma, kegiatan pertanian pekarangan yang dilakukan bersama kalangan ibu rumah tangga banyak memberi manfaat. Mereka yang terbiasa menganggur di waktu pagi dan sore mendapatkan aktivitas yang menanam dan menjual.

“Tanah yang kosong menjadi lebih terawat dengan adanya tanaman di polybag. Secara ekonomi juga bagus karena ibu-ibu tidak usah belanja sayuran. Kalau punya tanaman sendiri pengeluaran belanja dapur jadi hemat. Biasanya untuk sayuran setiap hari bisa keluar uang Rp 10.000. Artinya hemat Rp 300.000 setiap bulan dan kalau sayuran berlebih dijual. Ada yang untung Rp 200.000,” katanya.

 

Irma menambahkan, kelebihan bertani di pekarangan itu adalah bisa dijalankan dalam keadaan kemarau panjang sekalipun. Sementara saat Bertani di ladang hanya bisa dijalankan saat musim hujan. Tani pekarangan bisa panen 7-8 kali dalam setahun. Sementara pertanian sayuran di ladang hanya bisa panen 2 atau 3 kali dalam setahun.

Gerakan tani pekarangan yang dilakukan oleh Yayasan Odesa Indonesia di kampung Desa Mekarmanik dan Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan saat ini mencapai 400 warga binaan. Untuk program tahun 2023 ini Odesa Indonesia bekerjasama dengan Bayan Tree Global Foundation dari Bintan. \

Menurut Pendamping Ekonomi Pertanian Odesa Indonesia, Basuki Suhardiman, spirit dalam program tani pekarangan adalah mengatasi kemiskinan dengan menumbuhkan etos kerja baru sekaligus menyuplai gizi.

“Tani pekarangan sangat konkret dengan catatan harus melalui pendampingan panjang. Tidak bisa sekali sosialisasi sekali kegiatan langsung jalan,” kata Basuki.

Menurut Basuki, para petani di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung selama ini bekerja dengan tradisi perladangan yang sangat bergantung dengan datangnya hujan. Mereka bekerja dikendalikan faktor eksternal. Bertani di ladang modalnya banyak sehingga buruh tani sangat sedikit memiliki pekerjaan. Selain itu, akibat perubahan iklim waktu tanam saat ini sangat terbatas.

“Kami berpikir mereka harus mendapatkan tambahan di luar itu, dan tani pekarangan bisa menjadi solusi,” ujarnya.

Basuki menambahkan, tani pekarangan memiliki nilai lebih sebagai gerakan ekonomi rakyat miskin karena orang miskin masih memiliki modal sekalipun hanya berupa lahan sepetak. “Skill” mereka dalam menanam juga sudah bisa. Yang belum sering kosong di desa-desa menurut Basuki adalah ilmu dan leadership. 

“Kepemimpinan di level RT itu dibutuhkan. Kita memakai instrumen orang yang punya inisiatif dan mau menjalankan penuh semangat seperti Irma,” papar Basuki.

Dengan adanya penggerak lokal yang serius tersebut kegiatan bisa berjalan baik. Buruh tani yang lahannya sempit paling tidak bisa menanam antara 100 hingga 200 sayuran dalam polybag.

“Itu sudah sangat bagus karena menghemat Rp 300.000 setiap bulan. Yang lebih bagus itu kalau bisa menanam 400 hingga 500 sayuran di dalam polybag. Selain menghemat belanja dapur, para petani bisa mendapatkan hasil penjualan senilai Rp 300.000 hingga Rp 400.000,” kata Basuki.

Basuki menambahkan, skema tani pekarangan yang seperti itu jelas sangat tepat untuk mengatasi kemiskinan di perdesaan. Sebab selama ini bantuan sosial pemerintah nilainya juga setara dengan hasil dari tani pekarangan.

“Bedanya dengan program santunan banstuan sosial, program pemberdayaan tani pekarangan mampu menumbuhkan etos kewirausahaan. Sementara program santunan bantuan sosial  lebih mendorong orang menjadi pasif, manja dan bahkan bisa menjerumuskan menjadi peminta-minta,” pungkas Basuki.

Editor: admin

Berita Terkait