Ekonomi Jawa Barat Kuartal I/2025 Tumbuh 4,98 Persen, Melebihi Angka Nasional

Diterbitkan

Selasa, 6 Mei 2025

Penulis

humas jabar; rep guh

|

humas jabar; rep guh

3,7 rb kali

Berita ini dilihat

26 kali

Berita ini dibagikan

PORTALJABAR, KOTA BANDUNG - Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat kuartal I/2025 sebesar 4,98 persen secara _year on year (yoy)_. Angka ini melebihi pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 4,87 persen.

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus menyebutkan menurut lapangan usaha yang menjadi sumber pertumbuhan tertinggi adalah kategori pertanian sebesar 1,83 persen, kategori perdagangan 0,90 persen, transportasi dan pergudangan sebesar 0,56 persen, informasi dan komunikasi sebesar 0,56 persen.

"Sedangkan menurut pengeluaran yang menjadi sumber pertumbuhan tertinggi adalah konsumsi rumah tangga sebesar 2,99 persen, PMTB sebesar 0,74 persen dan konsumsi pemerintah sebesar 0,04 persen," ujarnya pada rilis Berita Resmi Statistik di Aula Kantor BPS Provinsi Jawa Barat, Senin, (05/05/2025).

_Source of growth (SOG)_ terbesar pada kuartal I/2025 secara _year on year_ yaitu pertanian sebesar 31,89 persen, perdagangan sebesar 6,23 persen dan transportasi serta pergudangan sebesar 10,68 persen.

“Peningkatan produksi padi dan jagung seiring dengan pola tanam yang kembali normal merupakan faktor tumbuhnya pertanian. Sedangkan pada perdagangan penyebabnya adalah peningkatan penjualan eceran pada saat ramadan terutama pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi, makanan, minuman dan tembakau serta kelompok sandang”, kata Darwis.

Secara _q to q_ pada kuartal I/2025 ekonomi Jawa Barat tumbuh sebesar 0,28 persen dibandingkan kuartal IV/2024. Menurut lapangan usaha, kategori yang mengalami pertumbuhan tertinggi secara _q-to-q_ yaitu kategori pertanian sebesar 7,25 persen, diikuti kategori jasa keuangan dan asuransi sebesar 6,35 persen.

Sementara kategori industri yang merupakan _share_ tertinggi dalam struktur PDRB Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 0,22 persen. Hal yang sama dialami kategori konstruksi yang turun sebesar 1,96 persen, dan kategori akomodasi dan makanan minuman turun sebesar 4,24 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran, konsumsi rumah tangga naik sebesar 0,32 persen, diikuti konsumsi LNPRT sebesar 2,41 persen secara _q-to-q_. Sedangkan _net ekspor_ Jawa Barat pada kuartal I/2025 ini tumbuh sebesar 32,26 persen. Akan tetapi konsumsi pemerintah mengalami penurunan sebesar 42,62 persen, ini seiring terjadinya efisiensi yang dilakukan pemerintah pada awal tahun 2025 ini.

“Pada kuartal I/2025 ini menurut lapangan usaha, kategori pertanian, kehutanan dan pertanian menajdi sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 0,49 persen. Sedangkan menurut pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 0,19 persen," tuturnya.


Serapan Tenaga Kerja Membaik


BPS juga mencatat pada Februari 2025 di Jawa Barat penduduk bekerja meningkat sebanyak 0,90 juta orang menjadi 24,99 juta orang dibandingkan Februari 2024. Sementara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Februari 2025 sebesar 68,91 persen (naik 1,57 persen poin dibandingkan Februari 2024).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan sebesar 0,17 persen poin menjadi 6,74 persen.

Tingkat Pengangguran Terbuka adalah persentase jumlah orang yang menganggur terhadap jumlah angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja atau mencari kerja. TPT menunjukkan seberapa besar persentase angkatan kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja.

“Jumlah penduduk bekerja di Jawa Barat mencapai 24,99 juta orang, dengan distribusi penduduk bekerja terbesar adalah sebagai buruh/pegawai sebanyak 40,58 persen dan berusaha sendiri sebanya 22,53 persen," jelas Darwis dalam siaran persnya.

Darwis juga menjelaskan proporsi pekerja formal sebanyak 44,11 persen dan informal sebanyak 55,89 persen. Pekerja formal merupakan pekerjaan yang dibantu buruh tetap dan juga buruh/karyawan atau pegawai. Sedangkan pekerja informal adalah berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas dan pekerja keluarga yang tidak dibayar.

“Penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha yang tertinggi adalah sektor perdagangan sebesar 23,10 persen, diikuti industri pengolahan sebesar 18,12 persen dan pertanian sebesar 15,57 persen," tutur Darwis.

Editor: Rep Guh

Berita Terkait