KALEIDOSKOP 2024, Perkuat Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana di Jabar

Diterbitkan

Senin, 20 Januari 2025

Penulis

Rilis Humas Jabar

|

Rilis Humas Jabar

1,2 rb kali

Berita ini dilihat

3 kali

Berita ini dibagikan

PORTALJABAR, KOTA BANDUNG -  Kabupaten Sukabumi berselimut duka pada Desember 2024. Banjir bandang menerjang sejumlah kecamatan yang menyebabkan korban jiwa, ribuan warga mengungsi, akses jalan terputus, dan jembatan roboh.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat pada Senin (9/12/2024), bencana tersebut berdampak pada 39 kecamatan dengan total 317 titik bencana. Sebanyak 7.770 jiwa terdampak, 2.859 di antaranya mengungsi, kemudian 1.260 rumah rusak, 1.090 rumah terendam, 34 ruas jalan terputus, dan 79 fasilitas umum terdampak.

Pemda Provinsi Jabar bergerak cepat menangani bencana alam tersebut. Selain berupaya memastikan keselamatan masyarakat terdampak, Pemda Provinsi Jabar juga fokus menangani ruas-ruas jalan yang terputus maupun tertutup. Berdasarkan data Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Jabar per 11 Desember 2024 pukul 19.00 WIB, dari 128 titik bencana yang terjadi pada ruas jalan provinsi, sebanyak 58 titik longsor yang terjadi semua material longsor sudah dibersihkan.

Kemudian pada 44 titik amblas, lima titik di antaranya sudah mendapat penanganan dan bisa dilewati kendaraan roda dua maupun empat. Sedangkan pada 20 titik banjir yang terjadi semuanya sudah surut. Selain itu, dua jembatan yang ambruk atau rusak berat saat ini masih dalam proses penanganan dengan pemasangan jembatan Bailey dan empat jembatan yang rusak ringan sudah diperbaiki.

Peristiwa ini menambah kejadian bencana hidrometeorologi di Jabar, sekaligus mengindikasikan kondisi alam Jawa Barat tidak sedang baik-baik saja, dampak dari perubahan iklim dan ditengarai kerusakan lingkungan.

Sepanjang 2024, ada beberapa bencana besar di Jabar. Gempa Sumedang, Banjir Kertajati (Majalengka), Angin “Tornado” Rancaekek, Banjir Kabupaten Bandung, dan Banjir Longsor Sukabumi – Cianjur

Merujuk data BPBD Jabar, sepanjang bulan Januari hingga Desember (16 Desember ) 2024 tercatat total kejadian bencana alam di Jabar mencapai 1.697 kejadian. Dampak dari bencana tercatat sebanyak 3.261 rumah atau bangunan mengalami rusak berat, rusak sedang sebanyak 5.579 unit, dan rusak ringan sebanyak 13.180 unit.

Penjabat (Pj.) Gubernur Jabar Bey Machmudin melaporkan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan dengan kategori tinggi dan sangat tinggi diprediksi akan mendominasi wilayah Jabar selama periode Desember 2024 - Februari 2025. Di samping itu, ada pula prakiraan terjadinya pergerakan tanah pada Desember 2024 yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

"Dapat mengakibatkan 61 kecamatan atau 9,73 persen kecamatan di Jawa Barat memiliki tingkat potensi banjir tinggi dan 340 kecamatan atau 54,23 persen kecamatan memiliki tingkat potensi banjir menengah. Sebanyak 491 kecamatan atau 78,31 persen kecamatan di Jabar berpotensi pergerakan tanah tinggi, terutama daerah yang berbatasan dengan tebing dan lereng," tuturnya.

Pemda Provinsi Jabar sudah menerbitkan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Banjir, Banjir Bandang, Cuaca Ekstrem, Gelombang Ekstrem, Abrasi, dan Tanah Longsor di Provinsi Jabar. Hal ini tentunya belum cukup, perlu adanya langkah-langkah nyata dari setiap stakeholders dalam melakukan mitigasi struktural dan nonstruktural.

Menurut Bey, beberapa kejadian bencana hidrometeorologi basah di Jabar akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa penanggulangan bencana memerlukan peran serta semua pihak sampai ke tingkat desa/kelurahan sebagai aparatur paling dekat dengan masyarakat. Diharapkan upaya penanggulangan bencana menjadi lebih cepat, tepat, dan terpadu sehingga mampu meminimalkan dampak bencana.

Antisipasi Jangka Panjang

Selain penetapan status siaga bencana, pemerintah juga akan melakukan penghijauan serta pengetatan pemberian izin pendirian bangunan terutama di daerah bantaran sungai untuk antisipasi jangka panjang menghadapi bencana hidrometeorologi.

“Penghijauan ini bertahap, dan tidak langsung tanam hari ini langsung jadi. Jadi kami mengingatkan saja, kota kabupaten untuk tidak memberi izin, dan masyarakat juga hati-hati, terutama di daerah-daerah sungai,” kata Bey.

Dari data yang ada, potensi bencana banjir di Jabar terkonsentrasi di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Kota Banjar

Sedangkan potensi bencana banjir bandang di Jabar termasuk pada kelas tinggi, terutama di Kabupaten Garut yang dialiri oleh Sungai Cimanuk, Sungai Cikaengan, Sungai Cilaki, Sungai Cirompang, dan Sungai Cikandang.

"Untuk bencana tanah longsor, Jabar memiliki tingkat bahaya sedang-tinggi meliputi wilayah bagian tengah dan bagian selatan. Untuk cuaca ekstrem, secara keseluruhan tingkat risiko di Jabar adalah tinggi, terutama potensi terjadi di Kabupaten Indramayu," tambahnya.

Bey berpesan kepada masyarakat agar selalu waspada, memantau informasi terkini dan mematuhi arahan dari petugas di lapangan. "Mari bersama-sama kita wujudkan kesiapsiagaan yang lebih baik agar Jabar tetap aman, nyaman dan kondusif dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem ini," ucapnya.

Sementara itu, Plt. Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Anne Heramdianne Adnan menuturkan, diperlukan kesiapsiagaan atas potensi bencana hidrometeorologi di Jabar berdasarkan informasi awal dari BMKG dan BNPB.

“Perlu Pendidikan karakter kebencanaan khususnya anak sekolah agar sadar bencana sejak dini,” tutupnya.

Editor: Humas Jabar

Berita Terkait