PORTALJABAR, KOTA BANDUNG - Sampai tanggal 8 Maret 2024, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jabar mencapai 7.654 kasus.
Daerah dengan kasus tertinggi adalah Kota Bogor 800 kasus, Kabupaten Bandung Barat 800 kasus dan Subang 700 kaaus. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jabar Vini Adiani Dewi, dari jumlah kasus tersebut, jumlah kematian sebanyak 71 kasus kematian.
"Perubahan cuaca menjadi faktor utama banyaknya nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan DBD. Kalau tidak ada nyamuk itu, tidak akan menular. Perkembangbiakan nyamuk juga didukung karena faktor lingkungan yang kurang baik," ujar Vini dalam acara Bewara Jabar (BEJA) di Gedung Sate Kota Bandung (8/3/2024).
Oleh karena itu, menurut Vini, jalan utama yang harus dilakukan untuk pencegahan adalah dengan membuat lingkungan lebih bersih dan rapi, selain penanganan yang lainnya.
"Tentu pencegahan dengan menabur serbuk abate, pengasapan, itu juga baik, tetapi yang utama adalah dengan 3M Plus. Masyarakat harus terus diedukasi untuk itu," tegasnya.
3M Plus itu menurut Vini selain menguras, menutup dan mendaur ulang, juga menanam ikan di kolam-kolam, menanam tumbuhan pengusir nyamuk seperti lavender, sereh dan lain-lain, atau menggunakan obat penangkal nyamuk di badan.
Imbauan tersebut kata Vini sudah dibuat surat edarannya ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota sejak Desember 2023 lalu, untuk disebarluaskan kepada masyarakat.
"Selain membuat surat edaran, Dinkes Jabar juga melakukan updating keilmuan untuk para dokter tentang perkembangan kasus demam berdarah, terkait tanda bahaya, ciri-ciri dan penanganannya," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Fakultas Kedokteran Unpad/RSHS dr. Jatnika Setiabudhi menjelaskan, bahwa DBD harus diwaspadai, karena sering kali tidak menimbulkan gejala yang nampak di luar.
"Saat ini ada dengue tanpa tanda bahaya, dengan tanda bahaya dan dengue berat. Itu harus dideteksi dini sebagai upaya untuk menekan kematian," ujarnya.
Dengue berat itu menurut Jatnika, bila penyakitnya masuk ke fase kritis di mana cairan tubuh ke luar dari pembuluh darah di dalam tanpa kelihatan.
"Faktor resiko terutama harus diwaspadai terhadap anak umur di bawah 1 tahun, anak obesitas, perempuan yang sedang menstruasi dan yang memiliki kelainan darah. Untuk kelompok resiko tersebut, sebaiknya segera dirawat," pungkasnya.(pun)