Kenali Instrumen Investasi di Pasar Modal Indonesia

Diterbitkan

Sabtu, 8 Februari 2025

Penulis

rep No

|

rep No

1,7 rb kali

Berita ini dilihat

1 kali

Berita ini dibagikan

PORTALJABAR, KOTA BANDUNG - Pasar modal adalah tempat bagi investor untuk mengembangkan kekayaan mereka melalui berbagai instrumen investasi. Bagi pemula, memahami instrumen-instrumen utama seperti saham, obligasi, reksa dana, dan derivatif sangat penting sebelum mulai berinvestasi. Terutama memahami potensi keuntungan serta risiko masing-masing produk investasi tersebut.

Instrumen atau produk investasi yang paling populer di pasar modal dan penyimpanan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah saham. Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Dengan membeli saham, investor menjadi pemilik sebagian dari perusahaan tersebut dan berhak atas keuntungan yang dihasilkan.

Menurut Kepala Kantor Perwakilan BEI Jawa Barat Achmad Dirgantara, ada tiga potensi keuntungan menjadi pemegang saham yaitu bisa mendapatkan capital gain, atau keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual saham. Lalu bisa mendapatkan dividen yaitu pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham. Serta memiliki hak suara untuk berpartisipasi dalam keputusan perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

“Sementara risiko dari investasi saham yang pertama adalah fluktuasi harga. Harga saham bisa naik dan turun dengan cepat karena berbagai faktor, baik kondisi ekonomi domestik maupun global dan kinerja keuangan perusahaan,” ucap Achmad, Jumat (7/2/2025).

Kedua, risiko likuiditas. Tidak semua saham mudah dijual kembali dengan harga yang diinginkan. Dan yang ketiga, risiko perusahaan, jika perusahaan mengalami kerugian atau bangkrut, investor bisa kehilangan modalnya.

Produk kedua yang diperjualbelikan di BEI adalah obligasi atau surat utang, baik yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mengumpulkan dana dari investor. Investor yang membeli obligasi akan menerima pembayaran bunga (kupon) secara berkala serta pengembalian pokok investasi pada saat musim gugur.

Keuntungan obligasi adalah memberikan pendapatan tetap berupa kupon obligasi yang diterbitkan secara berkala, sehingga memberikan pendapatan yang stabil. Termasuk instrumen yang memiliki keamanan lebih tinggi terutama pada obligasi pemerintah, karena dijamin oleh negara. Sehingga memiliki risiko lebih rendah dibandingkan saham. Memiliki obligasi atau surat utang negara bisa dijadikan sarana diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko dalam investasi.

"Meski demikian, investasi pada instrumen obligasi tetap memiliki risiko. Pertama, risiko suku bunga, jika suku bunga naik, harga obligasi cenderung turun. Kedua, risiko gagal bayar, jika penerbit obligasi mengalami kesulitan keuangan, pembayaran kupon dan pokok bisa terhambat. Ketiga, risiko likuiditas, karena tidak semua obligasi mudah diperjualbelikan di pasar sekunder," paparnya.

Instrumen berikutnya menurut Achmad yang lebih mudah untuk investor pemula adalah reksa dana. Reksa dana adalah produk investasi yang dikelola oleh manajer investasi. Dana pembelian unit dari berbagai investor dikumpulkan dan diinvestasikan ke berbagai instrumen seperti saham, obligasi, atau pasar uang oleh manajer investasi yang menjadi pengelola reksa dana.

Keuntungan reksa dana dikelola profesional yaitu manajer investasi yang berpengalaman mengelola dana, sehingga cocok bagi pemula. Secara otomatis dana investasi yang dikelola manajer investasi sudah terdiversifikasi, sehingga mengurangi risiko karena dana disimpan di berbagai instrumen. Dan yang terpenting adalah aksesibilitas bagi masyarakat umum karena bisa mulai berinvestasi di pasar modal dengan modal kecil.

Mengenai risiko reksa dana yang pertama memiliki risiko pasar. Nilai investasi dalam bentuk harga unit bisa naik atau turun tergantung kondisi pasar. Kedua, ada biaya pengelolaan berupa biaya administrasi dan pengelolaan yang dapat mengurangi keuntungan. Ketiga, ketergantungan pada manajer investasi, karena kinerja investasi bergantung pada keahlian manajer investasi yang dipilih oleh investor.

Selain itu, yang juga ada di pasar modal dan perdagangan di BEI adalah produk derivatif. Derivatif adalah instrumen keuangan yang bergantung pada aset dasar seperti saham, obligasi, atau komoditas. Di BEI, beberapa produk derivatif yang dipasarkan meliputi kontrak berjangka (futures) dan opsi saham.

Keuntungan produk derivatif adalah pada leverage. Investor bisa mendapatkan eksposur yang lebih besar dengan modal yang lebih kecil. Lalu bagi investor yang sudah advanced atau memahami investasi, dapat menjadikan instrument derivatif sebagai fasilitas hedging, yaitu untuk melindungi portofolio dari risiko ketebalan harga. Produk ini juga memiliki potensi keuntungan tinggi, jika berinvestasi dengan strategi yang tepat.

Namun Achmad mengajak, investor harus mewaspadai risiko produk derivatif, yaitu pertama, risiko leverage. Karena menggunakan margin, potensi kerugian juga bisa lebih besar dari investasi awal. Kedua, kompleksitas karena membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan saham atau obligasi. Ketiga, risiko likuiditas, akibat tidak semua kontrak derivatif memiliki likuiditas tinggi di pasar.

'Dengan memahami produk-produk atau berbagai instrumen investasi yang ada di pasar modal, para investor dapat memilih instrumen investasi sesuai dengan tujuan keuangan, profil risiko, dan jangka waktu investasi masing-masing,” terang Achmad.

“Saham menawarkan potensi keuntungan tinggi tetapi juga memiliki risiko tinggi, obligasi memberikan pendapatan tetap tetapi memiliki risiko suku bunga dan gagal bayar,” imbuhnya.

Sementara reksa dana adalah pilihan yang lebih mudah bagi pemula karena dikelola secara profesional. Sedangkan produk derivatif hanya untuk investor yang benar-benar sudah mengerti mengenai strategi berinvestasi. Sebelum berinvestasi, pastikan untuk memahami risiko yang ada dan melakukan analisis mendalam agar keputusan investasi lebih bijak. (rep no)

Editor: Fauziah Ismi

Berita Terkait