PORTALJABAR, KOTA BANDUNG - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat memperkuat sinergi dan kolaborasi dengan Pemerintah Daerah dan lembaga serta stakeholders terkait dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi.
Stagnasi pertumbuhan ekonomi dan tekanan inflasi global yang semakin menguat, berpotensi berdampak pada keberlanjutan pemulihan perekonomian nasional dan daerah termasuk Provinsi Jawa Barat.
Rakor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang dipimpin oleh Plh. Gubernur Bapak UU Ruzhanul Ulum, Kamis (7/5/2022), dihadiri oleh beberapa kepala dinas terkait diantaranya Biro Perekonomian, Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu.
Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengapresiasi inisiasi Bank Indonesia Jawa Barat dan meminta segera dilaksanakan rapat koordinasi seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota disertai dinas terkait untuk merumuskan langkah-langkah antisipatif mempertahankan dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus mengantisipasi potensi tekanan inflasi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Herawanto, menyampaikan bahwa keberlanjutan pemulihan ekonomi Jawa Barat yang saat ini merupakan tertinggi dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Nasional, perlu dipertahankan secara bersama dengan tetap memperhatikan potensi tekanan inflasi yang berasal dari global maupun domestik.
Bank Indonesia Jawa Barat juga melaksanakan rapat koordinasi dengan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol. Suntana beserta jajaran, termasuk Ketua Satgas Pangan Provinsi Jawa Barat.
Herawanto menyampaikan perkembangan pemulihan ekonomi Jawa Barat perlu memperhatikan potensi tekanan inflasi dan menyiapkan langkah-langkah bersama untuk mengantisipasinya.
Beberapa risiko global yang perlu diwaspadai terhadap keberlanjutan pemulihan ekonomi Jawa Barat sekaligus mengantisipasi potensi tekanan inflasi utamanya bersumber dari eskalasi tensi geopolitik Rusia Ukraina, kebijakan Zero-Covid di Tiongkok dan proteksionisme pangan yang menggangu pasokan serta percepatan kebijakan kenaikan suku bunga di negara maju yang berpotensi mendorong pelarian modal keluar dari negara berkembang.
Lebih lanjut, di dalam negeri termasuk Jawa Barat, gangguan cuaca menyebabkan produktivitas pangan khususnya hortikultura terutama terkait komoditas penyumbang inflasi, menjadi terbatas.
Pada Juni 2022, Jawa Barat mencatat inflasi 0,57% (mtm) atau secara tahunan sebesar 4,41% (yoy). Tekanan inflasi yang telah berada di atas kisaran target ini terutama didorong oleh kelompok pangan yang harganya mudah bergejolak akibat keterbatasan pasokan khususnya cabai
merah, bawang merah, cabai rawit, dan tomat. Selain itu, terdapat tekanan inflasi dari kelompok barang/jasa yang harga/tarifnya ditetapkan pemerintah, yakni kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan kenaikan harga avtur.
Berbagai faktor risiko global dan domestik yang mempengaruhi inflasi tersebut, menjadi tantangan bagi keberlanjutan pemulihan ekonomi Jawa Barat, antara lain dari potensi kenaikan biaya produksi yang membebani kesejahteraan masyarakat karena inflasi yang lebih
tinggi.
(Teguh)