PORTALJABAR, KOTA BANDUNG - Wakil Wali Kota Bandung menyampaikan bahwa 100 hari pertama kerja menjadi momentum awal untuk menunjukkan arah dan keseriusan Pemkot Bandung sejak hari pertama menjabat (9/5/2025).
Meskipun tidak diatur dalam regulasi pemerintahan, konsep 100 hari kerja dimaknai sebagai titik tolak, bukan target akhir.
Wakil Wali Kota menegaskan, kehadiran pemerintah tidak bersifat seremonial, melainkan untuk bekerja dan membawa perubahan nyata yang langsung dirasakan warga.
Dalam waktu singkat, sejumlah program berskala kecil telah dijalankan, sebagai cerminan dari arah pembangunan lima tahun ke depan.
Penekanan diberikan pada dampak langsung program bagi masyarakat, bukan pada besarnya anggaran atau skala proyek.
Program awal seperti penataan Seke Babakan Ledeng, mural di Jalan Lodaya, dan Pasar Sisi Walungan (Pasiwal) dipilih sebagai intervensi strategis berskala kecil.
Langkah tersebut bertujuan menghidupkan kembali energi kota melalui pendekatan taktis dan berdampak cepat.
Menurutnya, pembangunan kota tak bisa diselesaikan secara instan, tetapi harus dimulai dari langkah kecil yang bisa dieksekusi segera dan memiliki arah yang jelas.
Pendekatan ini menyasar berbagai aspek kehidupan warga, mulai dari tata ruang, budaya, hingga ekonomi lokal.
Perubahan bertahap diharapkan memicu resonansi sosial dan membangun fondasi yang kuat untuk transformasi jangka panjang.
Di bidang pengelolaan air, Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga menekankan pentingnya reboisasi sebagai upaya dari hulu untuk mengatasi limpasan air.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga menyebutkan, tampungan air besar seperti kolam retensi juga tengah disiapkan sebagai solusi jangka menengah dan panjang.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan daya serap tanah dan mengurangi potensi banjir di wilayah hilir.
Meskipun membutuhkan waktu dan kolaborasi banyak pihak, pemerintah optimistis seluruh upaya ini akan berdampak positif bagi tata kelola air dan keberlanjutan kota.