DP3AKB Jabar Beri Dukungan Psikososial bagi Penyintas Gempa Cianjur

Diterbitkan

Senin, 5 Desember 2022

Penulis

Novianti Nurulliah

|

Novianti Nurulliah

1,4 rb kali

Berita ini dilihat

1 kali

Berita ini dibagikan

PORTALJABAR, KOTA BANDUNG - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat turun tangan memberikan dukungan psikososial bagi penyintas gempa Cianjur. Sejumlah upaya dilakukan oleh DP3AKB Jabar dengan mendirikan posko ramah perempuan dan anak, serta konseling selama masa tanggap darurat yang saat ini sedang berlangsung. 

Kepala DP3AKB Jabar Gusti Agung Kim Fajar Wiyati Oka menuturkan, peristiwa bencana alam dapat mengganggu kondisi psikologis seseorang karena mengancam keselamatan jiwa dan menyebabkan hilangnya mata pencaharian. Ketidakseimbangan kondisi psikologis tersebut, tampak dari gejala-gejala seperti syok, mimpi buruk, sulit konsentrasi, cemas, waspada secara berlebihan, dan perasaan tidak aman. 

"Selain itu, penyintas juga bisa mengalami kesedihan mendalam, merasa hampa serta tak berdaya, dan enggan bergaul. Dukungan psikososial dalam situasi bencana pada prinsipnya dilakukan agar seseorang dapat melanjutkan hidupnya untuk dapat kembali normal," ucapnya, Jumat (2/12/2022). 

Dengan demikian, DP3AKB Jabar melalui UPTD PPA memberikan dukungan psikososial untuk memulihkan kesejahteraan psikologis kepada korban yang terkena bencana, dalam hal ini adalah dukungan psikososial bagi anak dan lingkungannya. Dukungan psikososial yang diberikan seawal mungkin dapat mempercepat pemulihan dan dapat menurunkan risiko anak mengalami permasalahan yang lebih berat di masa yang akan datang. 

"Tujuan lain dari dukungan psikososial adalah meningkatkan resiliensi dari masing-masing anak untuk dapat menghadapi situasi saat ini ketika bencana dan masa depan," tuturnya.

Adapun bentuk kegiatan dukungan psikososial yang diberikan DP3AKB Jabar yaitu kegiatan sosial dan kegiatan yang bersifat bantuan psikologis yang berdampak langsung pada aspek psikologis penyintas. 

DP3AKB Jabar sendiri lebih fokus kepada pemulihan psikososial melalui kegiatan-kegiatan seperti pemberian dukungan psikologis awal (Psychological First Aid), pemeriksaan awal mengenai orang-orang yang membutuhkan bantuan yang lebih lanjut (konseling), kegiatan psikososial untuk anak-anak, penanganan kasus kekerasan, pemulihan kesehatan mental penyintas. 

Pendataan Terpilah
Selain itu, dalam rangka layanan dukungan psikososial, telah dibuka posko ramah perempuan dan anak yang mempunyai tugas seperti melakukan  koordinasi pelaksanaan pendataan terpilah yang meliputi data penyintas berdasarkan jenis kelamin, situasi rentan, dan kelompok usia sebagai dasar untuk pendistribusian bantuan spesifik, melakukan pendataan relawan yang memberikan dukungan psikososial dengan tujuan untuk pemerataan layanan di setiap di titik-titik pengungsian, membangun sistem pelaporan layanan dukungan psikososial sebagai media monitoring semua layanan yang dilaksanakan oleh seluruh penyelenggara layanan. 

"Di sini kami melibatkan stakeholder dari sektor sosial dan juga kesehatan. Semua unsur pentaheliks baik dari pemerintah, sektor dunia usaha, dari perguruan tinggi dan dari komunitas/masyarakat sudah banyak yang menurunkan relawannya di lapangan. Tidak kurang dari 30 lembaga/organisasi masyarakat yang terdaftar yang saat ini sudah memberikan dukungan psikososial," ucapnya. 

Adapun jumlah perempuan dan anak yang diintervensi, berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan, saat ini sudah terdata jumlah pengungsi sebanyak 114.683 jiwa dan data ini masih bergerak sehubungan dengan pendataan yang masih terus dilakukan. Dari data tersebut, jumlah pengungsi perempuan sebesar 52,2 persen dan usia anak sebesar 33,3 persen yang menjadi target intervensi. 

"Saat ini dukungan psikososial yang diberikan masih dalam tahap asesmen dan dukungan psikososial awal yang lebih banyak mendengarkan dan tidak banyak bertanya. Intinya memberi ruang untuk menyampaikan rasa takut. Penyintas juga diberikan edukasi soal informasi bencana atau informasi bantuan. Kita mendengarkan keluhan mereka dan pendataan pemenuhan kebutuhan kenyamanan keluarga seperti  pemenuhan sandang dan pangan," ungkapnya. 

Agung mengatakan, yang ditekankan guna memulihkan psikologi penyintas, yaitu para penyintas perlu menyadari bahwa situasi ini akan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama dengan tetap dibangkitkan semangatnya untuk tetap hidup normal dalam situasi yang berbeda. 

Terkait lama waktu pendampingan atau pemberian trauma healing, Agung menambahkan, tentunya dukungan psikososial dan juga trauma healing memerlukan waktu yang lama tergantung dari resiliensi setiap orang. 

"Kami bersama-sama dengan para pihak akan membuka layanan sepanjang masih diperlukan oleh penyintas," ucapnya. (Novianti Nurulliah/rdp*)

Editor: rdp

Berita Terkait